Sabtu, 19 April 2014

Veldbox Situs Bersejarah di Manado yang Saat Ini Malah Dijadikan Tempat Sampah

KOTA Manado digemparkan dengan adanya pembongkaran situs bersejarah yang disebut veldbox di Kelurahan Dendengan Luar pada Awal Juni 2012.

Oleh Yudith Rondonuwu
Foto-foto: istimewa/ byme


Saya pun tersenyum untuk pose --dalam hati menangis-- melihat kondisi situs bersejarah yang sudah tidak terawat ini. Semoga Pemerintah Kota Manado melalui Dinas Pariwisata atau  instansi terkait lainnya lebih menghargai Velbox ini.

WALAUPUN memang bangunan yang bentuknya mirip rumah di acara anak-anak berjudul Teletabis ternyata masih berdiri kokoh di beberapa tempat. Satu contohnya di Kelurahan Sario, situs bersejarah peninggalan Belanda ini berdiri tepat di belakang Gereja GMIM Abraham. Bangunan tersebut masih utuh berdiri meski keadaannya cukup memprihatinkan. di dinding bagian luarnya ditumbuhi lumut-lumut yang telah mengering. Sedangkan di bagian atasnya terdapat rumput yang tumbuh subur, seakan mempertegas bangunan berbentuk lingkaran dengan satu pintu masuk selama ini tidak pernah terawat.

Pintu masuk tersebut saat ini oleh warga sekitar ditutupi seng, jika melihat ke dalam melalui tiga buah lubang berbentuk persegi, yang konon dulunya digunakan oleh tentara Belanda untuk menaruh senjata saat berperang, terlihat tumpukan sampah plastik, botol air mineral serta lainnya, sehingga saat ini sudah tidak dapat dimasuki. Padahal bangunan dengan diameter dalamnya kira-kira 1,5  meter, bisa menampung 3 sampai dengan 5 orang.

"Dulunya veldbox tersebut bisa dimasuki, tiga sampai lima orang daya tampungnya," ujar Hartje Sumolang (59) warga sekitar yang tinggalnya 10 meter dari veldbox tersebut saat ditemui Tribun Manado, Senin (11/6/2012).

Sepengetahuannya bangunan sejarah tersebut dibangun oleh Belanda pada masa penjajah, para tentara negeri kincir angin yang berada di bangunan berdinding tebal sekitar 0,5 meter tersebut untuk mengintai musuh. Orangtuanya dulu ikut berperan dalam pembangunan bangunan tersebut, karena pada saat itu Belanda mengerahkan warga sekitar dalam pendiriannya.

Bangunan tersebut menurutnya sangat kokoh, karena ada besi yang menancap ke bumi, sebagai pondasinya. Dulu warnanya hitam, namun saat ini telah pudar.

Setelah bangunan tersebut ditinggal oleh Belanda, menjadi tidak terawat. Saat dirinya kecil, bangunan tersebut digunakannya sebagai tempat bermain.

Tapi Beberapa tahun belakangan karena tidak ada perhatian dari pemerintah, sempat dijadikan tempat sampah, namun meskipun dijadikan tempat sampah tapi bangunan tersebut masih kokoh berdiri. "Sayang jika dibiarkan begitu saja, padahal veld box merupakan bangunan bersejarah," ungkapnya.

Sebenarnya di sekitar rumahnya selain veldbox terdapat bangunan sejarah lain, seperti bunker yang berada di samping gereja dan di dekat Kantor Pikat.

Menurut Sumolang bunker, juga peninggalan Belanda tersebutyang berada di Kantor Pikat tempatnya cukup luas, kira-kira panjangnya 8 meter dengan lebar 3 sampai 4 meter. Dulunya juga dijadikan tempat bermain, karena memiliki ruang yang cukup luas. Namun sayang sampai saat ini masih luput dari perhatian pemerintah.

Pada saat Wali Kota Vicky Lumentut dan jajarannya sedang jalan ke dekat rumahnya beberapa bulan lalu, ia sempat mengusulkan agar veld box tersebut masuk dalam pemeliharaan pemerintah, karena jika dibiarkan hal tersebut sangat disayangkan. "Semoga saja hal tersebut segera diwujudkan," ungkapnya.

Kondisi lainnya yang memprihatinkan berdasarkan penelusuran Tribun Manado adalah Batu Irana yang merupakan peninggalan Suku Bantik, terletak di tepi Pantai Malalayang di seberang masuk terminal. Di batu tersebut terdapat sepasang telapak kaki manusia zaman dahulu yang penuh dengan nilai historis yang tinggi.

Namun saat ini situs tersebut tidak ada papan nama yang menunjukkan beradaan tempat tersebut. Selain itu di sekitarnya dipenuhi sampah plastik. Saat ini area tersebut hanya dijadikan tempat bermain anak-anak.(*)


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar