Sebutir air mata menandai kesedihanku. Clara ‘mencuri’
pacarku.
Kisah itu membuat Nansy
membenci Clara.
Kami, tiga sekawan yang saling melupakan karena pengkhianatan cinta.
Begitu Nansy menyebutnya.
“Aku tak pernah marah kepada kalian. Aku mensyukuri
semuanya. Pasti ada maksud Tuhan mengizinkan ini terjadi.”
Satu tahun berlalu tapi sms itu masih tersimpan.
*
“Sayang, aku sudah di depan rumah.”
Richard calon suamiku tak sabar mengajakku makan ikan mujair
bakar. Favorit kami.
Bergegas naik ke mobilnya.
“Tinggal sebulan lagi, sayang. Dekorasi ruangan dan baju pengantin
kamu pilihkan saja yah. Aku yakin seleramu perfect!”
Aku tersenyum. Ku berikan satu kecupan di pipinya. Lembut
supaya ia bisa mulai menyetir.
Dalam perjalanan, Richard terus membicarakan persiapan pernikahan.
Beberapa kali kami tertawa terbahak karena
ia suka mensisipkan humor dalam gaya bicaranya. Aku tak bisa berhenti tertawa.
“Tuhan memang tak pernah salah. Richard bahkan terlalu
sempurna bagiku,” gumanku dalam hati.
syukurlah dapat pengganti lagi yang lebih baik
BalasHapusbegitulah bang Jamp*.. happy ending.. wkwkwk.. Thx for komen dtgu always
BalasHapusnggak ada twistnya, Yudith... :)
BalasHapustoo telling.
BalasHapusHarus belajar sedikit lagi, gimana caranya untuk "show" ketimbang telling. Kayak begini jadi kayak kita masih anak-anak nih :-|
Keep writing!
thx bang Att and Mbak Redd.. Okzz i try.. kritik dan sarannya ttp dtgu :D
BalasHapus